Selamat Datang di Website Resmi SMP Negeri 3 Kerinci. Visi Sekolah: "Terwujudnya peserta didik yang beriman, berkarakter, berprestasi dan berwawasan global." Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Behavioristik - SMP Negeri 3 Kerinci
Blogger Jateng

Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Behavioristik

Teori Belajar Behavioristik

Pengertian

Teori Belajar Behavioristik adalah suatu teori yang berfokus pada pengamatan terhadap perilaku manusia yang terlihat secara eksternal. Menurut Skinner (1953), teori ini menyatakan bahwa manusia belajar melalui respons terhadap rangsangan eksternal atau stimulus dari lingkungan mereka. Ia menyebutkan bahwa teori ini menekankan pentingnya kondisi eksternal dalam membentuk perilaku individu.

Teori belajar behavioristik adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Belajar disebabkan adanya interaksi antara stimulus dengan respon. Dalam belajar, hal yang terpenting yaitu adanya input (stimulus) dan output (respon).

Kelebihan dan Kekurangan Teori Behavioristik 

Kelebihan dari teori Behavioristik adalah pendekatannya yang objektif dan terukur. Teori ini memfokuskan pada perilaku yang dapat diamati dan diukur sehingga memberikan dasar ilmiah yang kuat dalam menjelaskan bagaimana individu belajar dan berinteraksi dengan lingkungan mereka. Hal ini juga memungkinkan adanya prediksi dan kontrol terhadap perilaku manusia, sehingga dapat diterapkan dalam berbagai konteks, termasuk di bidang pendidikan dan pengembangan diri.

Teori behavioristik Skinner (1953) memiliki beberapa kelebihan yang mencakup keefektifan dalam mengajarkan keterampilan dan kemampuan spesifik melalui penekanan pada praktik dan pengulangan, seperti keterampilan mengoperasikan mesin, bermain alat musik, atau mengendarai mobil. Kelebihan lainnya adalah kesederhanaan dan kemudahan penerapan prinsip-prinsip behavioristik, membuatnya mudah dipahami dan diterapkan dalam konteks pembelajaran. Selain itu, teori ini menonjol karena kemampuannya untuk memberikan hasil pembelajaran yang dapat diukur dan diuji secara objektif, memungkinkan evaluasi yang akurat terhadap efektivitas pembelajaran yang telah dilakukan.

Kelebihan dari teori Behavioristik adalah pendekatannya yang objektif dan terukur. Teori ini memfokuskan pada perilaku yang dapat diamati dan diukur sehingga memberikan dasar ilmiah yang kuat dalam menjelaskan bagaimana individu belajar dan berinteraksi dengan lingkungan mereka (Gagne, 1977). Hal ini juga memungkinkan adanya prediksi dan kontrol terhadap perilaku manusia, sehingga dapat diterapkan dalam berbagai konteks, termasuk di bidang pendidikan dan pengembangan diri.

Namun, teori Behavioristik juga memiliki beberapa kelemahan. Pendekatan ini cenderung mengabaikan faktor internal atau pemikiran yang mempengaruhi perilaku individu. Selain itu, pendekatan ini juga dianggap terlalu mekanistik dan tidak mengakui kompleksitas manusia sebagai makhluk sosial. Teori Behavioristik tidak memperhatikan pentingnya motivasi dan emosi dalam pembentukan perilaku individual.

Menurut Bruner (1966), teori behavioristik memiliki keterbatasan, antara lain hanya berfokus pada perilaku yang tampak dan tidak dapat menjelaskan perubahan perilaku yang tidak tampak, seperti perubahan sikap atau nilai. Selain itu, teori ini kurang memperhatikan aspek kognitif, seperti proses berpikir dan pemecahan masalah. Pembelajaran yang didasarkan pada teori behavioristik juga dapat menimbulkan perilaku yang kaku, karena siswa cenderung hanya terfokus pada hasil akhir tanpa memperhatikan proses pembelajarannya secara menyeluruh.

Menerapkan Teori Belajar Behavioristik dalam Pembelajaran di Kelas

Menerapkan teori belajar behavioristik dalam pembelajaran di kelas terbukti efektif dalam meningkatkan partisipasi dan responsifitas siswa. Melalui penerapan penguatan positif, seperti pujian dan pengakuan atas prestasi siswa, mereka di dorong untuk terus berprestasi.

Namun, dalam beberapa kasus, pendekatan behavioristik dapat terbatas dalam memberikan pemahaman mendalam tentang proses belajar siswa secara keseluruhan. Beberapa siswa memiliki motivasi dan kebutuhan yang berbeda, dan mungkin tidak merespon dengan efektif terhadap penguatan eksternal. 

Oleh karena itu, penting bagi guru untuk menggabungkan pendekatan behavioristik dengan strategi lain, seperti pendekatan konstruktivis dalam mengakomodasi perbedaan individual siswa dan memfasilitasi pemahaman yang lebih mendalam.

Secara keseluruhan, teori belajar behavioristik memberikan kontribusi yang signifikan dalam memahami dan mengaplikasikan prinsip-prinsip belajar dalam konteks pendidikan. Dengan memahami bagaimana individu merespon rangsangan eksternal dan memanfaatkan penguatan positif, guru dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif bagi perkembangan siswa. 

Namun, juga penting untuk diingat bahwa manusia tidak semata-mata terdiri dari perilaku yang dapat diukur, tetapi juga memiliki aspek-aspek internal yang mempengaruhi cara mereka belajar dan berinteraksi dengan dunia sekitar.

Referensi:

  • Bruner, J.S. (1966). Toward a theory of instruction. Cambridge, MA: Harvard University Press.
  • Gagne, E.D. (1977). The conditions of learning (4th ed.). New York: Holt, Rinehart and Winston.
  • Skinner, B.F. (1953). Science and human behavior. New York: Macmillan.