Selamat Datang di Website Resmi SMP Negeri 3 Kerinci. Visi Sekolah: "Terwujudnya peserta didik yang beriman, berkarakter, berprestasi dan berwawasan global." Materi PKn Kelas 7 : Latar Sejarah kelahiran Pancasila - SMP Negeri 3 Kerinci
Blogger Jateng

Materi PKn Kelas 7 : Latar Sejarah kelahiran Pancasila

Latar Sejarah Kelahiran Pancasila

Sejarah kelahiran Pancasila tidak lepas dari sejarah kehidupan bangsa Indonesia. Sejarah kehidupan bangsa Indonesia di masa lampau terbagi dalam 4 masa yaitu:

Masa Sejarah Awal

Sejak zaman dahulu, nilai-nilai Pancasila sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di wilayah Negara Indonesia ini. Maka para ahli pun menyebut bahwa Pancasila memang "digali dari bumi Indonesia sendiri."

Beberapa peninggalan purba menunjukkan bahwa nilai-nilai Pancasila sudah ada sejak dahulu. Di masa pra-aksara sebelum abad ke-3 Masehi, nilai ketuhanan saat itu antara lain terlihat pada sarana upacara keagamaan, seperti nekara atau gong perunggu yang ditemukan di banyak tempat antara lain di Sumatra, Alor, Nusa Tenggara Timur. Nilai kemanusiaan dan persatuan terlihat antara lain adanya lukisan di dinding gua. Banyak tempat di Indonesia terdapat lukisan gua, seperti di Wamena Papua, di Leang-leang Sulawesi Selatan, dan di pedalaman Kalimantan. Nilai kemanusiaan juga terwujud dengan adanya patung-patung purba seperti di Lembah Bada Poso Sulawesi Tengah, di Gunung Dempo Sumatra Selatan. Nilai kemanusiaan berupa kreativitas dan kesadaran berpikir makin berkembang setelah ada prasasti batu bertulis. Sekitar abad ke-5, berdiri kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat, kerajaan Kutai di Kalimantan Timur disusul kerajaan Kalinga di Jawa Tengah. Prasasti batu bertulis dari zaman itu menunjukkan ketenteraman yang menjadi penanda nilai persatuan, hingga kerakyatan dan keadilan sosial. Masyarakat dalam keadaan damai dan makmur.

Masa Kerajaan Nusantara

Kemakmuran bangsa Indonesia makin meningkat di akhir abad ke-7. Di Sumatera muncul kerajaan besar Sriwijaya, di Jawa berdiri kerajaan yang didirikan oleh Wangsa Sanjaya dan Wangsa Syailendra yang membangun Candi Borobudur sebagai candi umat Buddha terbesar di dunia dan Candi Prambanan sebagai candi umat Hindu. Candi-candi itu menunjukkan adanya nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, hingga keadilan sosial yang kuat. Kemakmuran bangsa dilanjutkan oleh Majapahit yang berdiri setelah mengalahkan pasukan Tiongkok. Wilayah Majapahit sampai meliputi Singapura, Malaysia, Brunei, Filipina, Kamboja, dan selatan Vietnam. Kemudian berdiri kerajaan Islam seperti Samudera Pasai, Demak, Ternate. Agama Islam dan Bahasa Melayu berkembang ke seluruh Nusantara. Budayawan WS Rendra (1935-2009) menyebut zaman Demak sebagai "zaman renaisans" atau kebangkitan Nusantara. Perdagangan dan kesenian berkembang pesat, termasuk wayang. Di masa kerajaan-kerajaan Nusantara yang makmur tersebut, nilai ketuhanan dan keadilan sosial sangat menonjol namun tiga nilai lain Pancasila yakni kemanusiaan, persatuan, dan kerakyatan juga berkembang baik.

Masa Penjajahan

Makmurnya negeri ini mengundang orang asing dari Tiongkok, India, Arab, Eropa datang ke Indonesia. Semula mereka semua berdagang namun bangsa-bangsa Eropa kemudian mulai menjajah Nusantara. Bangsa Eropa tersebut adalah bangsa Portugis, Spanyol, Inggris, dan akhirnya Belanda yang menjajah Indonesia selama sekitar 350 tahun.

Penjajahan Bangsa Eropa menimbulkan perlawanan yang dilakukan oleh daerah-daerah antara lain yaitu di Sumatra terjadi perlawanan oleh Sultan Iskandar Muda, Sultan Badaruddin, Si Singamaraja, Imam Bonjol dalam Perang Paderi (1803-1837) dan Cut Nya’ Dhien dalam Perang Aceh (1873-1904). Di Jawa terjadi Perang Diponegoro (1825-1830). Pattimura di Maluku, Jelantik di Bali, Pangeran Antasari di Kalimantan.

Selain perlawanan darat juga terjadi perang laut besar-besaran dilakukan Sultan Babullah di perairan Maluku dan Papua, Hang Tuah di Selat Malaka, Sultan Hasanuddin di Laut Sulawesi dan Laut Jawa.

Dengan nilai ketuhanan yang kuat, para pahlawan berjuang untuk menegakkan nilai kemanusiaan dan nilai persatuan.

Masa Kebangkitan Nasional

Memasuki abad ke-20, upaya melawan penjajah tidak lagi dengan perang melainkan lewat gerakan politik. Organisasi Budi Utomo yang diprakarsai Wahidin Sudirohusodo berdiri pada tanggal 20 Mei 1908. Disusul oleh Sarekat Islam pimpinan Cokroaminoto, kemudian Muhammadiyah pimpinan K.H. Ahmad Dahlan dan Nahdlatul Ulama pimpinan K.H. Hasyim Asy’ari. Indische Partij didirikan oleh Douwes Dekker, Cipto Mangunkusumo, dan Ki Hajar Dewantara. Ki Hajar Dewantara diasingkan ke Belanda dan setelah pulang ke Tanah Air mendirikan Taman Siswa. Abdul Muis, Marah Rusli dan para penulis Balai Pustaka berjuang melalui karya sastra, menyadarkan masyarakat agar terus berjuang untuk merdeka.

Puncak perlawanan melalui organisasi politik adalah adanya Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928, saat para pemuda bersumpah untuk "bertumpah darah, berbangsa, dan berbahasa yang satu, yakni Indonesia." Setelah Sumpah Pemuda, nama Indonesia makin sering dipakai. Soekarno mendirikan partai bernama Partai Nasional Indonesia, kemudian Soekarno diasingkan ke Ende.

Tahun 1942 Jepang datang ke Indonesia dan menggantikan Belanda sebagai penjajah. Jepang mulai menguasai wilayah Indonesia setelah Belanda menyerah di Kalijati, Subang, Jawa Barat pada tanggal 8 Maret 1942. Kedatangan Jepang semula disangka baik oleh bangsa Indonesia. Untuk menarik simpati Bangsa Indonesia, Jepang mengumandangkan semboyan "Jepang Pelindung Asia, Jepang Pemimpin Asia, dan Jepang Cahaya Asia." Bangsa Indonesia harus berjuang lebih keras untuk merdeka. Berjuang untuk merdeka berarti menegakkan nilai kemanusiaan dan persatuan. Semua itu menunjukkan bahwa nilai-nilai Pancasila memang berasal dari nilai-nilai bangsa yang sudah ada sejak lama.