Pengertian Teori Belajar Kognitif
Teori belajar kognitif adalah pendekatan dalam psikologi yang menekankan peran proses kognitif, seperti persepsi, pemahaman, dan pemecahan masalah, dalam pembelajaran. Teori ini dikembangkan oleh sejumlah ahli, termasuk Jean Piaget, Lev Vygotsky, dan Albert Bandura. Teori belajar kognitif berfokus pada bagaimana individu memproses informasi dan mengembangkan pemahaman baru melalui pengalaman belajar.
Menurut teori belajar kognitif, individu tidak hanya menerima informasi secara pasif, tetapi mereka juga terlibat dalam aktifitas mental yang kompleks, seperti memperhatikan, mengingat, mengorganisasi, dan menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah ada. Pemahaman dan pengertian individu tentang dunia dipengaruhi oleh struktur kognitif mereka, yang mencakup skema, konsep, dan representasi mental lainnya.
Teori Belajar Kognitif Menurut Piaget
Teori belajar kognitif menurut Jean Piaget merupakan suatu pendekatan dalam psikologi perkembangan yang menggambarkan bagaimana anak-anak belajar, mengorganisir, dan memahami informasi di sekitar mereka. Piaget mengemukakan teorinya dalam bukunya yang berjudul "The Origins of Intelligence in Children" yang diterbitkan pada tahun 1952.
Menurut Piaget (1952), proses belajar kognitif melibatkan aktifitas mental yang kompleks, di mana individu secara aktif membangun pengetahuan dan pemahaman mereka melalui interaksi dengan lingkungan fisik dan sosial. Dia percaya bahwa anak-anak mengalami serangkaian tahap perkembangan kognitif yang mengikuti urutan yang tetap.
Piaget mengidentifikasi empat tahap perkembangan kognitif yang berbeda pada anak-anak:
- Tahap Sensorimotor (0-2 tahun): Pada tahap ini, anak-anak memperoleh pemahaman tentang dunia melalui indera mereka dan tindakan fisik. Mereka mulai mengembangkan keterampilan seperti memegang, meraih, dan menggerakkan objek. Anak-anak pada tahap ini juga mulai mengembangkan pemahaman awal tentang objek tetap dan konsep penyebab-akibat.
- Tahap Praoperasional (2-7 tahun): Pada tahap ini, anak-anak mulai menggunakan simbol dan bahasa untuk merepresentasikan objek dan peristiwa. Mereka cenderung berpikir secara intuitif dan belum mampu memahami konsep-konsep logis atau melakukan operasi mental. Anak-anak pada tahap ini sering kali terjebak dalam egosentrisme, di mana mereka kesulitan memahami perspektif orang lain.
- Tahap Konkret Operasional (7-11 tahun): Pada tahap ini, anak-anak mulai memahami konsep-konsep logis dan melakukan operasi mental yang sederhana. Mereka dapat memahami prinsip-prinsip kausalitas, konservasi, dan seriasi. Pemahaman mereka lebih konkrit dan terkait dengan objek dan peristiwa yang konkret.
- Tahap Operasional Formal (11 tahun ke atas): Pada tahap ini, individu mencapai kemampuan berpikir secara abstrak dan logis. Mereka dapat memahami konsep-konsep hipotetis-deduktif, mempertimbangkan banyak sudut pandang yang berbeda, dan menguji hipotesis dengan berpikir kritis. Pada tahap ini, individu mencapai kemampuan berpikir abstrak yang lebih kompleks dan mampu menggabungkan gagasan-gagasan secara logis.
Teori belajar kognitif Piaget menekankan pentingnya konstruksi pengetahuan melalui interaksi aktif dengan lingkungan, dan bahwa proses belajar adalah hasil dari perkembangan kognitif yang terjadi secara alami. Teori ini telah memberikan kontribusi penting dalam memahami bagaimana anak-anak belajar dan berkembang, serta dalam mendukung pendekatan pendidikan yang berpusat pada siswa.
Teori Gestalt dari Wertheimer
Wertheimer dianggap sebagai pendiri teori Gestalt setelah melakukan eksperimen dengan menggunakan stroboskop. Dalam eksperimennya, Wertheimer memperlihatkan dua garis yang bergerak secara bergantian, tetapi kesan yang muncul adalah gerakan garis dari tegak ke melintang. Hal ini mengungkapkan bahwa dalam persepsi manusia, terdapat pengolahan informasi yang lebih kompleks daripada sekadar menjumlahkan elemen-elemen individual. Pada tahun 1923, Wertheimer menyusun hukum-hukum Gestalt dalam bukunya yang berjudul "Investigation of Gestalt Theory", termasuk hukum kedekatan, hukum ketertutupan, dan hukum kesamaan. Hukum-hukum ini menjelaskan tentang bagaimana manusia menyusun dan mengorganisir stimulus persepsi menjadi pola-pola yang bermakna Wahab & Rosnawati (2021).
Karakteristik teori belajar kognitif
Adapun karakteristik teori belajar kognitif menurut Wahab & Rosnawati (2021) adalah sebagai berikut:
- Belajar adalah proses mental bukan behavioral.
- Siswa aktif sebagai penyalur.
- Siswa belajar secara individu dengan pola deduktif dan
- induktif.
- Instrinsik motivation, sehingga tidak perlu stimulus.
- Siswa sebagai pelaku untuk menuntun penemuan.
- Guru memfasilitasi terjadinya proses insight.
Implikasi teori belajar kognitif dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
- Pentingnya Pengalaman Aktif: Teori belajar kognitif menekankan pentingnya pengalaman aktif dalam pembelajaran. Siswa belajar dengan berinteraksi secara langsung dengan materi pelajaran, mengamati, menggambarkan, dan berdiskusi tentang konsep-konsep yang dipelajari. Aktivitas yang mendorong pemikiran reflektif dan pemecahan masalah membantu memperkuat pemahaman.
- Konstruksi Pengetahuan: Teori belajar kognitif menekankan bahwa individu secara aktif mengonstruksi pengetahuan mereka melalui proses mental. Oleh karena itu, penting bagi pendidik untuk menyediakan pengalaman belajar yang mendorong siswa untuk membuat hubungan dan membangun pemahaman baru berdasarkan pengetahuan yang sudah ada.
- Penggunaan Strategi Metakognitif: Teori belajar kognitif menekankan pentingnya strategi metakognitif, yaitu pemahaman dan pengaturan terhadap proses belajar sendiri. Siswa diajarkan untuk menyadari cara mereka belajar dan memahami strategi yang efektif untuk memperoleh, mengingat, dan menerapkan informasi. Hal ini membantu mereka menjadi pembelajar yang lebih mandiri dan efektif.
Referensi:
Piaget, J. (1952). The Origins of Intelligence in Children. International Universities Press.
Wahab, G. W., & Rosnawati, S. Pd., M. Pd. (2021). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Indramayu: Penerbit Adab.