Selamat Datang di Website Resmi SMP Negeri 3 Kerinci. Visi Sekolah: "Terwujudnya peserta didik yang beriman, berkarakter, berprestasi dan berwawasan global." Model Pembelajaran Pencapaian Konsep (Concept Learning) - SMP Negeri 3 Kerinci
Blogger Jateng

Model Pembelajaran Pencapaian Konsep (Concept Learning)


Model pembelajaran pencapaian konsep, atau sering disebut juga sebagai pembelajaran konseptual (concept learning), adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa memahami dan menguasai konsep-konsep yang mendasari suatu bidang studi atau mata pelajaran. Konsep-konsep ini dapat berupa prinsip-prinsip dasar, teori-teori, definisi, klasifikasi, atau hubungan-hubungan antara konsep tersebut.

Dalam model pembelajaran pencapaian konsep, fokus utama adalah pada pemahaman konsep yang mendalam dan memadai, bukan sekadar menghafal fakta-fakta atau informasi yang bersifat permukaan. Siswa diajak untuk mengkonstruksi pemahaman mereka sendiri tentang konsep-konsep tersebut melalui proses aktif, berpikir kritis, dan eksplorasi.

Berikut adalah pengertian Model Pembelajaran Pencapaian Konsep (Concept Learning) menurut beberapa ahli:
  • Robert M. Gagné (1985): Gagné menyatakan bahwa model pembelajaran pencapaian konsep melibatkan pembelajaran melalui pengenalan struktur konsep, kategori, dan proposisi yang membentuk pengetahuan siswa. Pembelajaran ini melibatkan proses identifikasi atribut-atribut penting, klasifikasi, dan generalisasi.
  • David P. Ausubel (1968): Ausubel berfokus pada pembelajaran konseptual yang berpusat pada pemahaman struktural dan integrasi konsep-konsep baru ke dalam struktur pengetahuan yang ada. Siswa menghubungkan konsep baru dengan konsep yang sudah ada dalam membangun pemahaman yang kuat.
  • Richard E. Mayer (2004): Mayer menekankan pentingnya pembelajaran yang aktif dan konstruktif dalam mencapai pemahaman konseptual yang mendalam. Model pembelajarannya melibatkan pemberian informasi yang terstruktur dan disajikan dalam format yang relevan, serta mendorong siswa untuk berpikir kritis dan membuat koneksi dengan pengetahuan yang sudah ada.
Pengertian dan pendekatan model pembelajaran pencapaian konsep dapat bervariasi antara ahli yang berbeda. Namun, intinya adalah bahwa model ini bertujuan untuk membantu siswa membangun pemahaman yang mendalam tentang konsep-konsep yang mendasari suatu bidang studi melalui eksplorasi, konstruksi pemahaman, dan penerapan dalam konteks yang relevan.

Berikut adalah beberapa langkah yang umum digunakan dalam model pembelajaran pencapaian konsep:
  1. Identifikasi Konsep: Guru mengidentifikasi konsep-konsep yang akan diajarkan dan dipahami oleh siswa. Konsep-konsep ini harus relevan dengan tujuan pembelajaran dan kurikulum yang ada.
  2. Eksplorasi Konsep: Siswa diberi kesempatan untuk menggali dan menjelajahi konsep-konsep tersebut melalui berbagai kegiatan, seperti eksperimen, observasi, diskusi kelompok, atau penelitian. Tujuannya adalah untuk membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa serta memperkuat pemahaman mereka.
  3. Konstruksi Pemahaman: Siswa diajak untuk membangun pemahaman mereka sendiri tentang konsep-konsep tersebut melalui proses berpikir kritis, analisis, dan refleksi. Mereka diberi kesempatan untuk mengaitkan konsep-konsep baru dengan pengetahuan yang sudah ada, menemukan pola-pola atau hubungan-hubungan antar konsep, dan memperoleh pemahaman yang mendalam.
  4. Aplikasi Konsep: Siswa diberi kesempatan untuk menerapkan konsep-konsep yang telah dipahami dalam situasi atau konteks yang berbeda. Ini dapat dilakukan melalui studi kasus, proyek, atau simulasi, yang memungkinkan siswa melihat bagaimana konsep-konsep tersebut beroperasi dalam praktiknya.
  5. Evaluasi: Guru melakukan penilaian untuk mengukur pemahaman siswa terhadap konsep-konsep tersebut. Evaluasi dapat dilakukan melalui berbagai bentuk, seperti tes, tugas proyek, presentasi, atau diskusi. Penilaian ini diarahkan pada pemahaman konseptual, bukan hanya pada menghafal fakta.

Kelebihan Model Pembelajaran Pencapaian Konsep (Concept Learning):

  • Pemahaman Mendalam: Model ini memungkinkan siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang konsep-konsep yang dipelajari. Mereka tidak hanya menghafal fakta-fakta, tetapi juga memahami prinsip-prinsip dasar, hubungan-hubungan, dan aplikasi konsep dalam konteks nyata.
  • Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis: Dalam model pembelajaran pencapaian konsep, siswa didorong untuk berpikir kritis, menganalisis informasi, membuat generalisasi, dan membuat hubungan antar konsep. Ini membantu mereka mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi yang penting dalam memecahkan masalah dan mengambil keputusan.
  • Relevansi dengan Dunia Nyata: Model ini memungkinkan siswa untuk mengaitkan konsep-konsep yang dipelajari dengan dunia nyata. Mereka dapat melihat bagaimana konsep-konsep tersebut diterapkan dalam situasi nyata, sehingga meningkatkan pemahaman mereka dan memotivasi belajar.
  • Partisipasi Aktif Siswa: Model ini mendorong partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran. Siswa diajak untuk terlibat dalam eksplorasi konsep, berdiskusi, melakukan eksperimen, atau mengerjakan proyek. Ini meningkatkan keterlibatan siswa dan menghasilkan pembelajaran yang lebih efektif.

Kekurangan Model Pembelajaran Pencapaian Konsep:

  • Waktu yang Diperlukan: Model ini membutuhkan waktu yang lebih lama daripada metode pembelajaran tradisional yang lebih berfokus pada menghafal. Proses eksplorasi, konstruksi pemahaman, dan penerapan konsep memerlukan waktu tambahan. Hal ini dapat menjadi tantangan dalam mengcover seluruh materi kurikulum.
  • Keterbatasan Sumber Daya: Implementasi model ini dapat membutuhkan sumber daya tambahan, seperti laboratorium, bahan ajar yang relevan, atau teknologi pendukung. Tidak semua lembaga pendidikan memiliki sumber daya yang memadai untuk mendukung model pembelajaran ini.
  • Kesulitan dalam Pengukuran: Mengukur pemahaman konseptual siswa secara objektif dapat menjadi tantangan. Tes tradisional yang berfokus pada menghafal fakta mungkin tidak mampu menggambarkan dengan akurat pemahaman mendalam siswa terhadap konsep-konsep tersebut.
  • Tantangan untuk Siswa dengan Latar Belakang yang Berbeda: Model ini dapat memberikan tantangan bagi siswa dengan latar belakang atau tingkat pemahaman yang berbeda. Siswa dengan pengetahuan awal yang terbatas mungkin mengalami kesulitan dalam membangun pemahaman yang mendalam dan mengikuti perkembangan konsep secara efektif.

Penting untuk diingat bahwa kelebihan dan kekurangan model pembelajaran ini dapat bervariasi tergantung pada konteks dan implementasi yang dilakukan

Referensi:

Ausubel, D. P. 1968. Educational Psychology: A Cognitive View. Holt, Rinehart & Winston.

Gagné, R. M. 1985. The Conditions of Learning and Theory of Instruction (4th ed.). Holt, Rinehart & Winston.

Mayer, R. E. 2004. Should There Be a Three-Strikes Rule Against Pure Discovery Learning? American Psychologist, 59(1), 14–19.