Selamat Datang di Website Resmi SMP Negeri 3 Kerinci. Visi Sekolah: "Terwujudnya peserta didik yang beriman, berkarakter, berprestasi dan berwawasan global." Model Pembelajaran Jigsaw - SMP Negeri 3 Kerinci
Blogger Jateng

Model Pembelajaran Jigsaw

Model pembelajaran jigsaw adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran kooperatif di mana siswa bekerja secara bersama-sama untuk memecahkan suatu masalah atau tugas yang kompleks. Pendekatan ini didasarkan pada konsep kerja sama dan saling ketergantungan di antara siswa, di mana setiap siswa memiliki bagian informasi yang berbeda dan harus berbagi pengetahuan mereka dengan anggota kelompok lainnya.

Pengertian Model Pembelajaran Jigsaw Menurut Beberapa Ahli:

1. Menurut Rusman (2008)
Menurut Rusman (2008) model pembelajaran jigsaw adalah pembelajaran yang dilakukan dengan mendorong peserta didik untuk mengemukaan pendapat dan mengelola informasi sehingga siswa secara langsung mampu untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi dari materi yang telah dipelajari.
Menurut penjelasan tersebut, Model Pembelajaran Jigsaw mendorong peserta didik untuk mengemukakan pendapat mereka sendiri dan mengelola informasi yang mereka pelajari. Dalam pendekatan ini, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima informasi pasif, tetapi juga berperan aktif dalam berkomunikasi dan berbagi pengetahuan dengan anggota kelompok lainnya.

Dengan mengemukakan pendapat dan berkomunikasi, siswa dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi mereka. Mereka belajar untuk menyampaikan ide-ide mereka, mendengarkan pendapat orang lain, dan membangun pemahaman bersama dalam kelompok. Proses ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan keterampilan berkomunikasi interpersonal yang efektif.

2. Menurut Sudrajat (2008)

Menurut Sudrajat (2008), Model Pembelajaran Jigsaw adalah suatu jenis pembelajaran yang melibatkan kerja kelompok di mana kelompok tersebut terdiri dari beberapa siswa. Setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab untuk menguasai bagian tertentu dari materi pembelajaran. Setelah menguasai materi tersebut, mereka kemudian bertanggung jawab untuk mengajarkannya kepada teman satu kelompok mereka. Dalam model ini, kolaborasi antar siswa dan pembagian pengetahuan menjadi fokus utama dalam proses pembelajaran. 

Model Pembelajaran Jigsaw adalah suatu jenis pembelajaran yang melibatkan kerja kelompok di mana kelompok tersebut terdiri dari beberapa siswa. Setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab untuk menguasai bagian tertentu dari materi pembelajaran. Setelah menguasai materi tersebut, mereka kemudian bertanggung jawab untuk mengajarkannya kepada teman satu kelompok mereka. Dalam model ini, kolaborasi antar siswa dan pembagian pengetahuan menjadi fokus utama dalam proses pembelajaran. (Sudrajat, 2008)

3. Menurut Slavin (2005)

Menurut Slavin (2005), Model Pembelajaran Jigsaw adalah salah satu jenis metode kooperatif yang paling fleksibel karena dapat diterapkan dalam berbagai jenjang pendidikan. Model ini dapat digunakan mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Kelebihan utama dari Model Pembelajaran Jigsaw adalah fleksibilitasnya yang memungkinkan adaptasi dalam berbagai konteks pendidikan. Dengan demikian, pendekatan ini dapat diimplementasikan dalam berbagai tingkatan pendidikan dan dianggap sebagai metode kooperatif yang serbaguna.

4. Menuru Zaini (2008)

Menurut Zaini (2008), Model Pembelajaran Jigsaw merupakan sebuah strategi menarik yang dapat digunakan jika materi pembelajaran dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan tidak membutuhkan urutan tertentu dalam penyampaian. Kelebihan dari strategi ini adalah kemampuannya untuk melibatkan semua peserta didik dalam proses pembelajaran serta memungkinkan mereka untuk secara bersamaan belajar dan mengajarkan materi kepada orang lain.

Model pembelajaran jigsaw biasanya terdiri dari langkah-langkah berikut:
  • Pembentukan kelompok: Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil, biasanya sekitar 4-6 anggota per kelompok.
  • Ahli kelompok: Setiap anggota kelompok ditugaskan untuk menjadi "ahli" dalam suatu bidang atau topik tertentu. Setiap ahli berasal dari kelompok yang berbeda, sehingga setiap kelompok memiliki ahli yang berbeda.
  • Penyelidikan individu: Setiap ahli kelompok belajar dan menyelidiki topik atau bidang yang mereka kuasai secara individu. Mereka mengumpulkan informasi dan mempersiapkan diri untuk berbagi pengetahuan dengan kelompoknya nanti.
  • Diskusi kelompok: Setelah penyelidikan individu selesai, ahli-ahli dari kelompok yang sama berkumpul untuk berdiskusi dan saling bertukar informasi. Setiap anggota kelompok berbagi pengetahuan yang mereka peroleh selama penyelidikan individu mereka.
  • Presentasi kelompok: Setelah diskusi kelompok, setiap ahli kembali ke kelompok asal mereka dan mempresentasikan pengetahuan yang mereka dapatkan kepada anggota kelompok lainnya. Hal ini memungkinkan setiap anggota kelompok untuk mengakses pengetahuan yang dikumpulkan oleh ahli-ahli dari kelompok lain.
  • Evaluasi: Pada tahap ini, siswa dievaluasi terkait pemahaman mereka tentang topik yang dipelajari. Evaluasi dapat dilakukan dalam bentuk pertanyaan, tugas, atau aktivitas lainnya.
Model pembelajaran jigsaw memiliki beberapa manfaat, antara lain:
  • Meningkatkan kerja sama dan ketergantungan sosial antara siswa.
  • Mendorong partisipasi aktif dan tanggung jawab individu.
  • Meningkatkan pemahaman dan retensi informasi, karena siswa harus belajar secara mendalam dan mempresentasikan pengetahuan mereka kepada orang lain.
  • Mendorong siswa untuk menghargai perspektif orang lain dan membangun toleransi terhadap perbedaan.
Model pembelajaran jigsaw telah digunakan dalam berbagai konteks pendidikan dan telah terbukti efektif dalam meningkatkan pembelajaran dan interaksi sosial antara siswa.

Kelebihan Model Pembelajaran Jigsaw:
  • Meningkatkan kerjasama: Model Pembelajaran Jigsaw mendorong siswa untuk bekerja sama dalam kelompok. Ini membantu membangun keterampilan sosial, memperkuat komunikasi antar siswa, dan mendorong penghargaan terhadap kontribusi setiap anggota kelompok.
  • Peningkatan pemahaman konsep: Dengan memecah materi menjadi bagian-bagian yang berbeda dan meminta siswa untuk saling mengajar satu sama lain, Model Pembelajaran Jigsaw dapat membantu siswa memperdalam pemahaman mereka tentang konsep-konsep yang dipelajari. Mereka harus benar-benar memahami materi untuk dapat mengajar dengan baik kepada kelompok mereka.
  • Memfasilitasi pemecahan masalah: Dalam Model Pembelajaran Jigsaw, siswa harus berpikir kritis untuk memecahkan tugas yang kompleks. Mereka harus mengorganisir informasi mereka sendiri, mencari solusi, dan menyelesaikan masalah secara bersama-sama. Ini membantu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan kemandirian siswa.
Kekurangan Model Pembelajaran Jigsaw:
  • Ketergantungan pada kelompok: Keberhasilan Model Pembelajaran Jigsaw tergantung pada kerjasama dan partisipasi aktif setiap anggota kelompok. Jika ada siswa yang tidak berpartisipasi atau tidak mau bekerja sama, hal ini dapat menghambat proses pembelajaran dan mengurangi efektivitas metode ini.
  • Waktu yang diperlukan: Implementasi Model Pembelajaran Jigsaw membutuhkan waktu yang lebih lama daripada metode pembelajaran tradisional. Ini karena siswa memerlukan waktu tambahan untuk mempelajari materi secara mendalam dan berinteraksi dengan kelompok mereka. Ini dapat menjadi tantangan dalam mengikuti kurikulum yang ketat.
  • Kesulitan dalam penilaian individual: Model Pembelajaran Jigsaw lebih fokus pada penilaian kelompok daripada penilaian individual. Oleh karena itu, sulit untuk melacak kemajuan individu siswa secara terperinci. Penilaian individual yang adil dan akurat dapat menjadi lebih rumit dengan model ini.
Model Pembelajaran Jigsaw dapat menjadi pilihan yang menarik dalam konteks implementasi Kurikulum Merdeka. Berikut adalah beberapa cara di mana Model Pembelajaran Jigsaw dapat diterapkan dalam Kurikulum Merdeka:
  • Proyek Kolaboratif: Siswa dapat dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan diberikan tugas proyek yang kompleks. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari aspek tertentu dari tugas dan kemudian berbagi pengetahuannya dengan kelompok mereka. Dengan demikian, mereka saling melengkapi dalam mengumpulkan informasi dan mencapai pemahaman yang lebih menyeluruh tentang topik yang dipelajari.
  • Pembelajaran Mandiri: Siswa diberi kebebasan untuk mempelajari materi secara mandiri sesuai minat dan kebutuhan mereka. Setelah mereka mendalami topik tertentu, mereka dapat mempresentasikan temuan mereka kepada kelompok mereka. Dalam proses ini, mereka tidak hanya memperdalam pemahaman mereka sendiri, tetapi juga memberikan wawasan baru kepada anggota kelompok lainnya.
  • Pengembangan Keterampilan Kolaboratif: Dalam Model Pembelajaran Jigsaw, siswa harus belajar bekerja sama, mendengarkan dengan baik, dan berkomunikasi efektif dengan anggota kelompok mereka. Ini dapat melatih keterampilan kolaboratif yang sangat penting dalam Kurikulum Merdeka, di mana siswa diharapkan untuk berkolaborasi dengan baik dalam kelompok proyek, berbagi ide, dan memecahkan masalah bersama.
  • Pemberdayaan Siswa: Model Pembelajaran Jigsaw memberikan siswa peran aktif dalam proses pembelajaran. Mereka tidak hanya menerima informasi dari guru, tetapi juga berperan sebagai pengajar dan pemimpin dalam kelompok mereka. Ini memberi mereka rasa kepemilikan terhadap pembelajaran mereka sendiri dan mendorong kemandirian dalam eksplorasi dan pemahaman konsep.
Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw dalam Kurikulum Merdeka membutuhkan guru yang fasih dalam memfasilitasi kerja kelompok dan memberikan umpan balik yang konstruktif kepada siswa. Selain itu, penting untuk menciptakan lingkungan kelas yang mendukung kolaborasi, kepercayaan, dan saling pengertian di antara siswa.

Referensi:

Rusman. 2008. Model-model Pembelajaran Praktis: Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers.

Slavin, R. E. 2005. Cooperative learning: Theory, research, and practice (2nd ed.). Pearson Education.

Sudrajat, Akhmad. 2008. Pengertian, Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik dan Model Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Zaini. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif: Suatu Pendekatan Kreatif Guru dalam Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.